Resensi Novel Kartini full Halaman
Resensi Novel Kartini full Halaman - Hallo semuanya kembali lagi dengan saya admin yang akan membahas dan meresensi sebah novel yang sangat keren dan sangat fenomenal, sebuah novel yang akan bannyak menginspirasi bagi kalangan wanita.resensi buku raden ajeng kartini karya anom whani wicaksana yang sangat populer ini akan menjadikan penulis yang akan meresensi novel kartini ini menjadi sangat bersemangat, bagaimana tidak seorang perempuan yang memperjuangkan emansipasi wanita pada saat itu memperjuangkan kedudukan wanita setara dengan laki-laki di untuk beberapa hal.
Novel kartini dalam cuplikannya habis gelap terbitlah terang menjadikan adanya harapan yang sangat baik untuk kalangan wanita pada saat itu, nah untuk itu mari kita resnsi secara bersama-sama.
Identitas buku
- Judul buku: Kartini
- Pengarang: Abidab El Khalieqy
- Penerbit : Noura books
- Tahun terbit : 2017
- Kota terbit :Jakarta Selatan
- Tebal halaman: 368
Orientasi :
Kartini merupakan salah satu novel karya Abidah El Khalieqy yang berhasil diangkat ke layar lebar dibawah naungan Screenplays Film dengan Legacy Pictures, dan Hanung Bramantyo sebagai sutradaranya.Sinopsis :
Novel ini menceritakan tentang perjuangan Kartini untuk mengangkat harkat dan martabat wanita, khususnya wanita jawa. Dimana pada saat itu anak perempuan yang sudah memasuki masa remaja, mereka harus masuk pingitan. Kartini merupakan putri dari seorang bupati, dan ibunya adalah anak dari kiai dari Desa Teluk Awur. Pada saat itu, syarat untuk menjadi bupati adalah seorang laki laki harus menikah dengan perempuan keturunan bangsawan. Maka dari itu ayah kartini harus menikah dengan putri Bupati Jepara dan keturunan langsung Raja Madura.Aturan keluarga bangsawan yang mengharuskan ibunya tidur di bangsal pembantu semakin membuat kartini bertanya tanya “Benarkah aturan dibuat untuk suatu kebaikan? Jika ternyata hanya menimbulkan kesakitan dan penderitaan? Lalu kenapa aku harus menjadi Raden Ayu dan terbelenggu di ruang pingitan?”
Hingga akhirnya kedua adiknya masuk ke kamar pingitan. Dan ketiganya bertekad ketiganya utuk mengakhiri tragedi semua perempuan yang tertindas terutama ibu mereka, harus diakhiri.
Hingga suatu hari salah satu adiknya harus dinikahkan dengan seorang patih di pemalang karena janji ayahnya. Perjuangan Kartini tidak sampai disitu, Kartini tetap berupaya mencari cara agar wanita dapat menempuh pendidikan layaknya lelaki.
Datangnya surat lamaran dari Bupati Rembang, membuat kartini berpikir. Apakah ia harus mengambil beasiswa ke belanda atau menikah dan menjadi Raden Ajeng.